Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan Sebut Pelni Tak Transparan 

  • Bagikan

Pelni Klaim Tak Ada Monopoli

MAKASSAR, FAJAR — Pengangkutan rumput laut di Nunukan kian menggeliat. Distribusi dan permintaan barang cukup tinggi, utamanya untuk wilayah Makassar. 

Sayangnya geliat distribusi ini menimbulkan persoalan. Ada perseteruan PT Pelni dengan Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan, terkait pengangkutan barang. 

Mayoritas pedagang rumput laut mengklaim tak mendapat jatah angkutan di kapal Pelni, KM Siguntang dan Lambelu. Hanya orang tertentu saja yang mendapat karpet merah dari perusahaan BUMN tersebut. 

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut Kabupaten Nunukan, Kamaruddin. Kepada FAJAR, dia mengatakan, saat ini banyak pedagang rumput laut yang tak diakomodasi oleh PT Pelni. 

Dia mengklaim PT Sarana Bandar Nasional selaku anak usaha Pelni yang mengatur masalah logistik, tak mengakomodasi kepentingan pedagang. Hanya pengusaha tertentu saja yang dilayani untuk pemuatan rumput laut. 

Padahal dia sudah berkali-kali bertemu dengan PT Pelni untuk bisa mendapat jatah kuota. Namun alasan pihak Pelni tak transparan. 

“Katanya tidak ada jatah untuk angkutan rumput laut. Hanya untuk 5 mobil saja, ternyata pas saya pantau ke lapangan, sampai 8 mobil yang di kasi jatah,” bebernya, kemarin. 

Dia merasa ada permainan antara PT Pelni dan beberapa pengusaha yang mencoba memonopoli jatah angkutan tersebut. “Ini ada udang dibalik batu. Yang pengusaha kecil tak kebagian. Padahal BUMN ini hadir untuk masyarakat. Tak pernah terbuka ke kami,” tambahnya. 

Kepala cabang PT Sarana Bandar Nasional, Samaji mengatakan, hal ini memamg kerap diadukan oleh beberapa pengusaha. Menurutnya, beberapa dari mereka tak memahami regulasi yang ada untuk pengangkutan barang. 

Jatah distribusi rumput laut sebetulnya bukan menjadi bagian utama yang mesti diangkut oleh kapal Pelni. Makanya jatah rumput laut tak begitu besar. Untuk satu kapal, rata-rata hanya maksimal 10 truk saja. 

Dia mengakui kerap pihaknya sudah melakukan boking truk angkutan rumput laut untuk beberapa pengusaha. Namun, pada saat injury time, boking tersebut dibatalkan tanpa pemberitahuan. 

“Ini yang menjadi masalah. Sudah kami bokingkan, tiba-tiba batal. Tidak heran saya kalau soal itu. Kita mau layani semua, tetapi kapasitas terbatas,” bebernya kepada FAJAR. 

Pihaknya menampik jika praktek monopoli angkutan rumput laut. “Ada pengusaha yang meminta sampai enam truk. Tetapi kami tidak izinkan. Kami ingin semua kebagian, jangan sampai hanya dikuasai satu orang saja,” tambahnya. (*) 

  • Bagikan