MENGHIDUPKAN MINAT BACA SISWA

  • Bagikan

OLEH : Sulaiman, S.Pd. Guru SMK Negeri 1 Tana Tidung

Kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan litersai. Secara sederhana, literasi dianggap sebagai kemampuan berbahasa.

Pentingnya kemampuan literasi yang baik tidak hanya dibutuhkan pada mereka yang memiliki status sosial tertentu. Literasi dibutuhkan seluruh kalangan. Kemampuan literasi yang memadai sangat mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang diterima menjadi lebih baik.

Apalagi jika mengingat bagaimana cepatnya informasi yang beredar dewasa ini. Sebuah fakta dan hoaks sulit dibedakan. Jika kemampuan literasi kurang, maka setiap informasi yang didapat akan ditelan mentah-mentah tanpa mencari kebenarannya.

Banyak yang mengartikan literasi secara sempit. Menganggap bahwa literasi hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis. Padahal literasi jauh lebih dari sekadar yang mereka anggap. Literasi merupakan disiplin ilmu yang sangat penting dalam kehidupan bersosial.

Akan tetapi, pada kesempatan kali ini, kita tidak akan membahas literasi secara umum. Kita akan mengedepankan literasi baca tulis.

Pada saat ini, minat baca masyarakat sangat memprihatinkan. Dari berbagai penelitian, Indonesia tidak pernah membagakan dalam minat baca. Sebenarnya kita tidak butuh penelitian untuk mengetahui fakta tersebut. Cukup dengan melihat keadaan saat ini. Di mana-mana perpustakaan selalu sepi, toko buku cepat tutup, dan pegiat literasi semakin berkurang. Tentu ini menjadi PR kita bersama. Bagaimana mencari solusi sehingga masyarakat bisa gemar membaca.

Salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan memberikan informasi manfaat positif bagi mereka yang banyak membaca. Bahwa membaca mampu meningkatkan interpersonal. Hal ini dapat membantu seseorang untuk mudah beradaptasi di setiap lingkungan. Ini juga dapa memposisikan diri saat sedang bersosial dengan anak-anak, remaja, orang sepantaran, dan orang yang lebih tua. Hal ini terjadi karena alam bawah sadar kita akan menuntun kita dalam menyikapi hal-hal positif yang selama dibaca.

Orang yang sering membaca tanpa sadar akan memiliki kemampuan berbicara yang baik. Ia juga dapat memecahkan masalah dengan soslusi terbaik. Setiap ide yang ada di benaknya dengan mudah dapat disampaikan. Pemikiran-pemikirannya juga akan jauh lebih logis. Setiap argumentasi yang diungkapkan akan dipertahankan dengan penuh tanggung jawab. Jika menemukan hal-hal baru di lingkungannya, dengan senang hati akan dipelajari. Seseorang yang banyak membaca juga akan menanggapi dengan kritis dan selektif setiap informasi yang diterimanya.

Meski sebenarnya memang agak sulit untuk menghidupkan minat baca di tengah-tengah masyarakat. Mereka punya kesibukan masing-masing. Dan otak mereka sudah terdoktrin bahwa membaca hanya buang-buang waktu. Maka, jalan yang paling mungkin ditempuah adalah membangun generasi yang gemar membaca. Ini paling mungkin ditempu lewat jalur pendidikan. Dari sanalah generasi penerus bermunculan.

Ada beberapa strategi yang mungkin dilakukan guru untuk membangun minat baca siswa. Misalnya dengan mewajibkan siswa membaca palin sedikit tiga halaman buku sebelum mata pelajaran initi dimulai. Siswa bebas membaca buku apa saja. Boleh dongeng, cerita rakyak, sejarah, cerpen, novel, pilsafat, pengembangan diri, atau apa pun yang menjadi minat mereka. Dengan cara seperti ini, secara naluriah siswa juga dapat menemukan minat dan bakatnya. Jika siswa sudah membaca, mereka harus dipastikan mampu menemukan benang merah dari apa yang dibacanya.

Cara yang lain juga dapat ditempuh. Misalnya dengan mengajak siswa kunjungan tiap pekan ke perpustakaan. Biarkan mereka menemukan buku yang dianggap paling sesuai dengan minatnya. Sebab, banyak yang malas membaca hanya karena belum menemukan bacaan yang dirasa cocok.

Siswa juga bisa diwajibkan untuk menamatkan minimal satu judul buku dalam sebulan. Setelah itu, mereka wajib menulis rangkuman buku yang telah dibaca. Selain meningkatkan minat baca, ini juga meningkatkan kemampuan menulis siswa.

Untuk menambah motivasi siswa, sudah seharusnya mereka diberikan apresiasi dalam kegiatan tersebut. Misalnya yang paling banyak membaca dalam sebulan dapat hadiah berupa buku yang palin diinginkan. Atau yang punya tulisan paling rapi akan mendapat satu set perlengkapan menulis.

Hal ini tentu hanya bisa diwujudkan jika guru memiliki SDM yang memadai. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dewasa ini sangat banyak tenaga pendidik yang masih butuh didik.

Guru yang kreatif dan inovatif akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan meningkatkan minat baca siswa. Tidak mungkin mengarahkan siswa untuk rajin membaca ketika guru sendiri malas membaca. Seorang guru yang kreatif dan inovatis selalu mampu menemukan cara untuk menyelesaikan persoalan siswa.

Sebagaimana peribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” harus mampu diterapkan. Jangan menharapkan hal-hal positif pada siswa ketika gurunya belum mampu menerapkannya.

Maka sebagai kesimpulan, minat baca harus diterapkan sejak dini. Generasi yang akan datang wajib lebih baik dari generasi terdahulu.(*)

MENGHIDUPKAN MINAT BACA SISWA

Kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan litersai. Secara sederhana, literasi dianggap sebagai kemampuan berbahasa.

Pentingnya kemampuan literasi yang baik tidak hanya dibutuhkan pada mereka yang memiliki status sosial tertentu. Literasi dibutuhkan seluruh kalangan. Kemampuan literasi yang memadai sangat mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang diterima menjadi lebih baik.

Apalagi jika mengingat bagaimana cepatnya informasi yang beredar dewasa ini. Sebuah fakta dan hoaks sulit dibedakan. Jika kemampuan literasi kurang, maka setiap informasi yang didapat akan ditelan mentah-mentah tanpa mencari kebenarannya.

Banyak yang mengartikan literasi secara sempit. Menganggap bahwa literasi hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis. Padahal literasi jauh lebih dari sekadar yang mereka anggap. Literasi merupakan disiplin ilmu yang sangat penting dalam kehidupan bersosial.

Akan tetapi, pada kesempatan kali ini, kita tidak akan membahas literasi secara umum. Kita akan mengedepankan literasi baca tulis.

Pada saat ini, minat baca masyarakat sangat memprihatinkan. Dari berbagai penelitian, Indonesia tidak pernah membagakan dalam minat baca. Sebenarnya kita tidak butuh penelitian untuk mengetahui fakta tersebut. Cukup dengan melihat keadaan saat ini. Di mana-mana perpustakaan selalu sepi, toko buku cepat tutup, dan pegiat literasi semakin berkurang. Tentu ini menjadi PR kita bersama. Bagaimana mencari solusi sehingga masyarakat bisa gemar membaca.

Salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan memberikan informasi manfaat positif bagi mereka yang banyak membaca. Bahwa membaca mampu meningkatkan interpersonal. Hal ini dapat membantu seseorang untuk mudah beradaptasi di setiap lingkungan. Ini juga dapa memposisikan diri saat sedang bersosial dengan anak-anak, remaja, orang sepantaran, dan orang yang lebih tua. Hal ini terjadi karena alam bawah sadar kita akan menuntun kita dalam menyikapi hal-hal positif yang selama dibaca.

Orang yang sering membaca tanpa sadar akan memiliki kemampuan berbicara yang baik. Ia juga dapat memecahkan masalah dengan soslusi terbaik. Setiap ide yang ada di benaknya dengan mudah dapat disampaikan. Pemikiran-pemikirannya juga akan jauh lebih logis. Setiap argumentasi yang diungkapkan akan dipertahankan dengan penuh tanggung jawab. Jika menemukan hal-hal baru di lingkungannya, dengan senang hati akan dipelajari. Seseorang yang banyak membaca juga akan menanggapi dengan kritis dan selektif setiap informasi yang diterimanya.

Meski sebenarnya memang agak sulit untuk menghidupkan minat baca di tengah-tengah masyarakat. Mereka punya kesibukan masing-masing. Dan otak mereka sudah terdoktrin bahwa membaca hanya buang-buang waktu. Maka, jalan yang paling mungkin ditempuah adalah membangun generasi yang gemar membaca. Ini paling mungkin ditempu lewat jalur pendidikan. Dari sanalah generasi penerus bermunculan.

Ada beberapa strategi yang mungkin dilakukan guru untuk membangun minat baca siswa. Misalnya dengan mewajibkan siswa membaca palin sedikit tiga halaman buku sebelum mata pelajaran initi dimulai. Siswa bebas membaca buku apa saja. Boleh dongeng, cerita rakyak, sejarah, cerpen, novel, pilsafat, pengembangan diri, atau apa pun yang menjadi minat mereka. Dengan cara seperti ini, secara naluriah siswa juga dapat menemukan minat dan bakatnya. Jika siswa sudah membaca, mereka harus dipastikan mampu menemukan benang merah dari apa yang dibacanya.

Cara yang lain juga dapat ditempuh. Misalnya dengan mengajak siswa kunjungan tiap pekan ke perpustakaan. Biarkan mereka menemukan buku yang dianggap paling sesuai dengan minatnya. Sebab, banyak yang malas membaca hanya karena belum menemukan bacaan yang dirasa cocok.

Siswa juga bisa diwajibkan untuk menamatkan minimal satu judul buku dalam sebulan. Setelah itu, mereka wajib menulis rangkuman buku yang telah dibaca. Selain meningkatkan minat baca, ini juga meningkatkan kemampuan menulis siswa.

Untuk menambah motivasi siswa, sudah seharusnya mereka diberikan apresiasi dalam kegiatan tersebut. Misalnya yang paling banyak membaca dalam sebulan dapat hadiah berupa buku yang palin diinginkan. Atau yang punya tulisan paling rapi akan mendapat satu set perlengkapan menulis.

Hal ini tentu hanya bisa diwujudkan jika guru memiliki SDM yang memadai. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dewasa ini sangat banyak tenaga pendidik yang masih butuh didik.

Guru yang kreatif dan inovatif akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan meningkatkan minat baca siswa. Tidak mungkin mengarahkan siswa untuk rajin membaca ketika guru sendiri malas membaca. Seorang guru yang kreatif dan inovatis selalu mampu menemukan cara untuk menyelesaikan persoalan siswa.

Sebagaimana peribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” harus mampu diterapkan. Jangan menharapkan hal-hal positif pada siswa ketika gurunya belum mampu menerapkannya.

Maka sebagai kesimpulan, minat baca harus diterapkan sejak dini. Generasi yang akan datang wajib lebih baik dari generasi terdahulu.(*)

  • Bagikan