Upaya Menjngkatkan Literasi Siswa dengan Kegiatan Jurnalistik Sekolah

  • Bagikan

Oleh : Hidayatul Sya’diah,S.Pd (Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Tanjung Selor)

LITERASI  merupakan kegiatan rutin kita lakukan setiap hari. Sebelum memulai kegiatan pagi hari sudah umum  kita melakukan kegiatan literasi, contoh kecilnya saja seperti membaca pesan pada alat komunikasi, membaca berita di media cetak ataupun media sosial. Terlebih bagi para pelajar, cenderung lebih banyak melakukan kegiatan literasi di  sekolah. 

Seperti saat kegiatan di kelas, siswa sudah dihadapkan dengan kegiatan membaca dan mendengarkan yang sifatnya lebih pada menikmati karya orang lain. Padahal literasi lebih dari itu.

Literasi menurut National Institute for Literacy adalah kemampuan menulis, membaca, menghitung sampai memecahkan sebuah permasalahan yang diperlukan dalam sekolah, pekerjaan, kehidupan sehari-hari, keluarga dan masyarakat. 

Menurut informasi yang dikutip dari Kemendagri, Indonesia menempati posisi ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi berada di posisi 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini berdasarkan dari survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Cooperation and  Development (OECD) pada tahun 2019. 

Berdasarkan data yang di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk meningkatkan literasi siswa di Indonesia. Dengan mengembangkan literasi, akan membuat siswa untuk mendapatkan hasil maksimal dari pendidikan mereka, salah satu dari banyak alasan mengapa itu menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Biasanya, guru di tingkat sekolah dasar fokus membantu siswa dalam mengembangkan fondasi literasi membaca yang kuat, sedangkan guru di tingkat sekolah menengah dan akhir lebih memperkuat fondasi tersebut dan menunjukkan betapa pentingnya membaca.

Kegiatan literasi bisa dilakukan dengan menuangkan setiap informasi serta pemahaman kita di dalam sebuah karya yang bisa juga dinikmati oleh orang lain. Sudah saatnya bagi siswa bisa membuat karyanya sendiri dan layak untuk dinikmati oleh orang lain. Selain itu, sebagai guru yang bertugas sebagai faslitator sudah selayaknya menjadi model, inspirator dan  motivator kepada para siswa bahwa menulis itu pekerjaan yang bisa dilakukan oleh siapa saja.

Selain itu, tidak perlu berpendidikan sangat tinggi untuk bisa menulis. Pendidikan tinggi dan nilai di sekolah hanya nilai tambahan saja. Tetapi yang perlu diingat, untuk menulis tetap memerlukan pengetahuan dan pembiasaan. Memperkaya wawasan memang sangat diperlukan. Profesi penulis di masyarakat itu sebenarnya memiliki kedudukan yang tinggi bahkan ditakuti. Tidak jarang dengan menulis sesorang bisa merubah dunia. Orang bisa takluk, bahkan sistem bisa berubah, begitu juga dengan popularitas seseorang. Itu yang harusnya kita perlihatkan pada para siswa.

Di era yang semakin maju, penyebaran informasi semakin maju dan berkembang pesat. Banyak informasi yang dapat diakses setiap harinya. Informasi yang didapat oleh masyarakat tersebut sangat beragam jenisnya. Sebelum masyarakat dapat menikmati berita, ada keringat dan jerih payah wartawan sebagai peliput yang mencari data sebagai sumber dalam menulis berita. 

Berita yang sudah diliput dan diolah pun masih harus dipilah oleh pihak redaksional untuk meminimalisir kesalahan. Jika menurut pihak redaksi berita tersebut sudah memenuhi syarat, maka berita tersebut bisa disebar luaskan dan dapat dinikmati oleh masyarakat.

Hal-hal di atas merupakan sebuah kegiatan yang dapat membangun konsep berpikir siswa untuk cakap dalam berliterasi yaitu dapat melalui proses jurnalistik, tidak hanya terjadi dalam media-media besar, dalam lingkup kecil, ada miniatur dari sebuah media besar yakni media kampus atau pers mahasiswa yang berfungsi sebagai penyebar informasi untuk mahasiswa yang berkuliah di kampus tersebut. Ada lingkup yang lebih kecil lagi dalam melakukan proses jurnalistik, yakni sekolah. 

Terlebih lagi saat ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya meningkatkan pendidikan karakter serta mengembangkan pendidikan keterampilan yang kemudian lebih dikenal dengan pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan ini mencakup keterampilan dasar seperti membaca, menulis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan memanfaatkan teknologi, dan kemampuan lainnya.

Jurnalistik terkenal sebagai kegiatan yang identik dengan mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan di mana kegiatan itu sendiri sudah meliputi keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa di sekolah. Melalui pembuatan media sekolah, keterampilan tersebut akan terasah terutama keterampilan membaca dan menulis. 

Jika siswa banyak membaca maka pengetahuan umumnya akan bertambah dan ini sejalan dengan dasar dari jurnalistik yaitu wawasan. Jika siswa sudah terbiasa dengan keterampilan dasar seperti itu, maka keterampilan lainnya akan bertambah dengan sendirinya secara bertahap. Jurnalistik mampu membangun daya kritis nalar siswa dalam membaca realitas kehidupan. 

Melalui media sekolah seperti buletin, majalah dinding, ekstrakurikuler sastra dan fotografi, serta kegiatan media lainnya di sekolah menengah, maka keterampilan dasar seperti itu akan terlatih dan siswa terbiasa untuk mengembangkan kreatifitasnya karena mendapat dukungan penuh dari sekolahnya. Harapannya, melalui kegiatan ini para siswa semakin terdorong untuk membuat karya. Minimal, para siswa menjadi wartawan bagi sekolahnya sendiri.

Di SMK Negeri 3 Tanjung Selor sendiri, sudah mulai kembali menerapkan kegiatan-kegiatan jurnalistik melalui mading sekolah yang dulu sempat vacum  pada masa pandemi covid-19. Tujuan dilaksanakannya kegiatan jurnalistik ini, antara lain: (1) Menciptakan budaya membaca di sekolah dan masyarakat; (2) Meningkatkan pengetahuan dengan membaca berbagai macam informasi bermanfaat; (3) Memperluas dan meningkatkan pertumbuhan kosa kata. (4) Meningkatkan kelancaran tulis menulis dan menyusun kalimat, dan (5) Mendorong peserta didik terbiasa mengembangkan suatu gaya penulisan pribadi dan mencari pengorganisasian yang sesuai dengan gagasannya sendiri. 

Hal inilah yang menjadi penilaian dari program jurnalistik sekolah, yaitu siswa dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki tata bahasa yang benar dan juga mengandung makna yang jelas. Maka jika sudah layak terbit, barulah tulisan tersebut akan dimuat pada majalah dinding.

Tentunya setiap kegiatan terdapat faktor keberhasilan dan faktor kendala. Adapun berbagai kendala yang terjadi yaitu  seperti murid yang tidak serius pada beberapa kelompok yang kemudian dipisahkan dari kelompok utama untuk membentuk kelompok yang lebih mandiri. Selanjutnya, evaluasi akan melibatkan kepala sekolah, guru, dan murid. Hasil evaluasi akan menjadi arahan untuk program selanjutnya. 

Beberapa dokumen berupa foto kegiatan murid yang telah di pajang pada majalah dinding yang merupakan langkah awal bagi murid untuk mengembangkan potensi diri dalam mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan jurnalistik. Pemanfaatan majalah dinding ini juga perlu diarahkan terutama penempatan berita, opini, puisi, maupun tulisan-tulisan lain yang dapat memberikan nilai keindahan dan kerapihan. Karena itu, majalah dinding yang saat ini masih bersifat sederhana dan membutuhkan penataan yang lebih maksimal.

  • Bagikan