Jelang Pilgub 2024, Brand Politika Ingatkan Zainal A Paliwang Tetap Waspada 

  • Bagikan

FAJAR, JAKARTA – Direktur Eksekutif Brand Politika, Eko Satiya Hushada mengingatkan Gubernur Kaltara, Drs. H. Zainal A. Paliwang, S.H, M.Hum, agar tidak lengah menghadapi Pilkada 2024 mendatang. Eko menilai, Gubernur Zainal saat ini terjebak dengan nuansa kinerja berbasis kampanye. Sehingga ia melihat Zainal sebagai pejabat gubernur rasa pilkada.

“Pencitraan terbaik itu adalah, menjadi terbaik pada posisinya saat ini. Maksudnya, ketika menjadi gubernur, maka, jadilah gubernur yang terbaik. Terbaik program kerakyatannya, terbaik performa pemerintahannya. Ini yang akan dinilai masyarakat,” kata Eko, melalui telepon, Senin (5/6).

Eko mengakui, temuan survei Brand Politika pertengahan Januari 2023 lalu dengan tingkat kepuasan masyarakat sebesar 60,2 persen dan elektabilitas 45,6 persen tak menjamin Zainal aman pada Pilkada 2024 mendatang. Zainal harus belajar pada Irianto Lambrie yang tumbang saat maju di periode keduanya. Padahal sejak awal pertarungan, elektabilitas Irianto bertengger kokoh di puncak, mengalahkan calon lainnya. Irianto adalah petahana ketika itu.

Zainal Paliwang yang memulai elektabilitasnya di angka 5 persen, hanya setahun kemudian, berpasangan dengan Yansen Tipa Padan, mampu mengalahkan Irianto dengan raihan suara 48 persen. “Ada beberapa celah yang harus ‘ditutupi’ Pak Zainal Paliwang. Jika tidak, Pak Zainal berpotensi babak belur di Pilkada nanti. Kalaupun menang, menang dengan tidak mudah,” tegas Eko.

Ditanya apa celah dimaksud, eko pun merincinya. Menurut Eko, Zainal harus mengoreksi total pola kepemimpinannya saat ini. Gubernur Zainal harus menjadi strong leader sekaligus smart leader. Strong leader diperlukan saat ini, karena di internal Pemprov Kaltara, Zainal terkesan diarahkan oleh orang-orang dekatnya, sehingga menimbulkan kasak-kusuk di internal yang mengarah kepada disharmoni. Begitu juga dengan pola hubungan Gubernur dengan staf.

“Termasuk hubungan Pak Gub dengan Pak Wagub yang disebut-sebut kurang mulus, berawal dari terbitnya surat soal kendali pemerintahan ketika gubernur sedang tidak berada di tempat. Itu karena Pak Gub tidak strong leader. Saya sangat kenal dengan Pak Zainal. Kami (Brand Politika) kan konsultan beliau di Pilkada kemarin. Saya tahu, surat itu terbit bukan murni sikap Pak Gub,” ujar Eko.

Dengan strong leader, menurut Eko, Gubernur tidak akan mudah mendengar bisikan yang kurang menguntungkan dari orang-orang dekatnya. Memimpin sepenuhnya dengan keyakinan diri sendiri, di mana kendali utama kebijakan ada di tangan gubernur.

Sedangkan smart leader, yakni kepemimpinan yang cerdas. Kepemimpinan yang cerdas akan tergambar pada program kerja, pola pikir, hingga sikap dan perilaku. Eko menilai, saat ini Gubernur Zainal seperti sedang dalam suasana kampanye pilkada, dengan melakukan kegiatan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh seorang gubernur.

Ditanya siapa kira-kira lawan tangguh Gubernur Zainal di Pilkada 2024, menurut Eko, berdasarkan survei, sementara ini ada 2 nama, yakni Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid dan mantan kepala Binda Kaltara yang kini menjadi Kabinda Jawa Tengah, Brigjen TNI Sulaiman. Namun Eko mengaku ‘mengantongi’ satu nama yang berpeluang menjadi bintang baru Kaltara. Alasannya, tokoh dimaksud selama ini tidak terlalu muncul di panggung politik Kaltara. Namun ketika namanya diukur di survei lalu, temuannya cukup mengagetkan.

Menurut Eko, masih ada waktu bagi bintang-bintang baru untuk bersinar dan menjadi pemenang di Pilkada 2024 mendatang. Belajar dari pilkada lalu, Irianto Lambrie bisa dikalahkan oleh Zainal Paliwang-Yansen TP, di mana Zainal memulai elektabilitasnya di angka 5 persen. Karena itu ia merasa perlu mengingatkan Gubernur Zainal untuk tidak terlena dengan elektabilitas yang sebenarnya belum cukup untuk ukuran petahana. “Seharusnya minimal petahana itu ya 50 persen. Pak Zainal di Januari 2023 lalu, elektabilitasnya 45,6 persen,” jelas Eko.

Lantas, bagaimana peluang Zainal Paliwang akan kembali berpasangan dengan Wagub Yansen TP, menurut Eko peluangnya masih 50:50. Isu disharmoni pasangan ini cukup kencang di Kaltara, walau kedua sama-sama membantah. 

“Saya tanya langsung ke Pak Zainal, benarkah Bapak kurang harmonis dengan Pak Yansen? Beliau tegas menjawab ‘tidak ada itu. Itu kan isu dari orang-orang yang enggak suka dengan kami, sehingga menghembuskan isu itu. Saya baik-baik saja dengan Pak Yansen,” kata Eko mengutip jawaban Gubernur.

Begitu juga ketika bicara dengan Wagub Yansen, menurut Eko, Yansen tetap komitmen maju berpasangan dengan Zainal. “Pak Yansen kepada saya juga menegaskan komitmennya untuk tetap berpasangan dengan Pak Zainal,” terang Eko. (*) 

  • Bagikan

Exit mobile version