Layani Cuci Darah di RSUD dr. H. Jusuf SK, Alat Terstandar dan SDM Lengkap

  • Bagikan

FAJAR, TARAKAN – Guna meningkatkan fasilitas pelayanan, RSUD dr. H. Jusuf, SK telah melayani layanan cuci darah atau hemodialisis bagi masyarakat di Kalimantan Utara (Kaltara). Cuci darah atau hemodialisis merupakan tindakan medis menggunakan alat mesin cuci darah.

Dokter spesialis penyakit dalam RSUD dr. H. Jusuf, SK, dr. Gusti Hariyadi Maulana, M.Sc., Sp.PD-KGH mengatakan, pasien yang sudah mengalami gagal ginjal atau ginjal tidak berfungsi biasanya penyebab awal yang sering terjadi karena diabetes atau hipertensi. Setelah masuk ke fase penyakit ginjal tahap akhir, otomatis harus mengganti fungsi ginjal. Mesin cuci darah ini, hanya mengganti fungsi ginjal.

“Ada beberapa modalitas untuk terapi pengganti ginjal, itu ada tiga yang utama. Pertama transcorp ginjal. Ini kita masih kerjakan di rumah sakit besar di Indonesia. Dari sini pasien dan yang donor bisa kita persiapkan, sehingga sampai di sana sudah matang. Untuk mencari donor silakan pasien sendiri. Kita tidak boleh berikan donor, tidak boleh artinya takutnya ada jual beli, bisa menimbulkan masalah,” katanya, Kamis (6/7).

Kedua, lanjut dia, continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau cuci darah dalam perut. Selang dimasukan ke dalam perut dan tertanam permanen, setiap enam jam sekali dimasukan cairan, direndam dan diganti. Pasien bisa mandiri, dikerjakan di rumah ataupun dikantor, yang terpenting ruang tertutup dan bersih. Yang ketiga adalah, hemodialisis seperti klasik yang dikenal dengan cuci darah.

“Kita sudah bisa kerjakan dua diantaranya seperti CAPD, kita sudah ada beberapa pasien yang ditangani, sudah mandiri dan sehat. Pasiennya tidak ada di rumah sakit, tapi di rumah. Kemudian hemodialisis. Semuanya dicover BPJS,” ujarnya.

Ia menjelaskan, alat yang digunakan terstandar, dan kelengkapannya lengkap. Bahkan sumber daya manusia (SDM) juga lengkap.

“Ada saya sebagai dokter spesialis penyakit dalam sub spesialisasi bidang ginjal dan hipertensi, perawat juga terlatih didukung oleh tim dokter lain seperti dokter bedah, dokter urologi,” jelasnya.

Jika penyakit ginjal sebelum masuk ke dalam fase cuci darah, bisa ditangani. Dengan kerjasama dua pihak baik pihak sebagai pemberi pelayanan kesehatan, dan dari kedisiplinan pasien itu sendiri.

“Itu banyak yang kita tidak sampai ke fase terapi pengganti ginjal. Jadi Konteksnya pengganti ginjal adalah menggantikan fungsi ginjal. Bukan hanya cuci darah, bukan hanya hemodialisis,” ungkapnya.

Ia menerangkan, cuci darah dua kali dalam minggu, sedangkan CAPD dikerjakan sendiri oleh pasien empat kali sehari. Jumlah pasein di Jususf Sk sekitar 170 orang yang menjalani hemodialisis.

“CAPD itu sudah kita kembangkan, cuma kendalanya adalah pengiriman alat-alat ke rumah pasien, sebenarnya gratis. Misalnya sebagai contoh pasiennya tinggal di Krayan, bagaimana kita kirim alat itu ke Krayan?,” ucapnya.

Di Kaltara untuk hemodialisis sudah ada di Nunukan, Malinau dan Tanjung selor. RSUD dr. H. Jusuf, SK memiliki sekitar 20 mesin, setiap satu tempat tidur, satu mesin. “Jadi satu kali gol, kita bisa 20 pasien, kita melayani tiga shift, pagi, sore dan malam,” tuturnya.(*)

  • Bagikan

Exit mobile version