FAJAR, TANJUNG SELOR – RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo (RSDSS) Tanjung Selor ternyata punya Inovasi baru di bidang pelayanan. Salah satunya memberi kemudahan bagi para pasien usia lanjut.
Inovasi ini diberi nama Jalur Antrian Layanan Utama Rawat Jalan Semua UmuR GeriAtri yang disingkat “Jalur Surga”.
Direktur RSDSS Tanjung Selor dr Widodo Darmo Sentono SpJP mengungkapkan, inovasi layanan ini dibuat dengan dilatarbelalangi oleh banyaknya kelompok geriatri atau usia lanjut yang berobat di RSDSS.
Seperti diketahui, RSDSS merupakan rumah sakit milik Pemkab Bulungan, sebagai fasilitas kesehatan rujukan memberikan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Bulungan yang berpenduduk 157 ribu jiwa.
Disebutkan, ada 13.059 jiwa pasien kelompok geriatri atay di atas usia 60 tahun, dari total kunjungan 69.228 pada tahun 2023 atau sekitar 18,9% dari jumlah seluruh kunjungan.
Bahkan di poliklinik sendiri jumlahnya mencapai 11.532 geriatri. Suatu jumlah yang signifikan.
Widodo mengakui, di antara masalah utama yang dilaporkan dalam survei kepuasan masyarakat, tergambar dalam indeks kepuasan masyarakat masih menyebutkan nilai di bawah 8.
Nilai ini, terangnya, mereprentasikan masih adanya keluhan pada 2 hal. Yaitu waktu tunggu dengan nilai 7,6 (cukup), serta sarana dan prasarana (sarpras) dengan nilai 7,4.
Sebagaimana data yang dikeluarkan oleh kantor BPJS Kalimantan Utara pada 1 Maret 2024, waktu tunggu pelayanan poli RSDSS Tanjung Selor sekitar 2 jam 40 menit. Selanjutnya data bulan Mei 2024 tercatat waktu tunggu 3 jam 57 menit. Diakui waktu tunggu ini, masih jauh dari standar waktu tunggu yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan.
Lebih jauh dokter spesialis jantung itu mengungkapkan, akar dari masalah yang berhasil dianalisis di antaranya adalah belum adanya pemilahan pasien prioritas dan banyaknya peresepan dalam bentuk puyer/racikan untuk pasien dewasa serta sistem pendaftaran digital yang belum dilakukan kustomisasi.
“Akibatnya, kelompok geriatri yang berobat tentu akan mendapatkan dampak dari lamanya waktu tunggu dan kurang memadainya sarpras yang disediakan. Menunggu berjam-jam dengan sarpras yang terbatas tentu sangat tidak nyaman,” ungkapnya.
Berdasarkan masalah tersebut, Widodo selaku penanggungjawab kemudian menemukan inovasi, sebagai aksi perubahan (akper) kinerja organisasi sebagai upaya untuk mengatasinya.
Yaitu diluncurkannya inovasi “JALUR SURGA” atau Jalur Antrian Layanan Utama Rawat Jalan Semua UmuR GeriAtri.
“Melalui JALUR SURGA, kami mengintegrasikan: kustomisasi digital layanan prioritas geriatri, renovasi ruang tunggu poliklinik, relokasi apotek rawat jalan, membatasi penggunaan obat racikan/puyer untuk pasien dewasa dan layanan antar obat pasien geriatri,” jelasnya.
Lewat aplikasi ini, lanjut dia, untuk jangka pendek akper, akan membuat terbentuknya tim champion, tertuangnya akak perubahan dalam rencana bisnis anggaran (RBA) dan memaksimalkan pemanfaatan pembiayaan pembangunan.
Kemudian tersosialisasikannya aksi lintas program atau sektor terkait, terkoordinasnya lintas program dan lintas sektor terkait untuk keberhasilan akper, terlaksananya kebijakan resep puyer secara terbatas dan terintegrasinya digitalisasi JALUR SURGA dengan SIMRS.
“Tujuan jangka menengahnya adalah masyarakat menjadi terbiasa dengan antrian online, layanan prioritas geriatri berjalan baik, waktu tunggu mendekati target. Kemudian ruang tunggu respresentatif tersedia dan terurainya kerumunan,” lanjutnya.
Adapun tujuan jangka panjangnya, imbuh dia, adalah waktu tunggu sesuai standar pelayanan, peningkatan sarpras dan meningkatnya kepuasan dan kepercayaan masyarakat.
Lebih jauh dr Widodo menerangkan, proses kepemimpinan dalam aksi perubahan ini akan memuat penjelasan terkait pengambilan keputusan dalam mengaktualisasikan kepemimpinan secara berintegritas yang mencakup integritas dan akuntabilitas kinera organisasi, pengelolaan budaya kerja, membangun jejaring dan kolaborasi dan startegi pengembangan kompetensi.
Dalam pelaksanaan aksi perubahan ini deskripsi proses kepemimpinan tergambar dalam beberapa tahapan yang tertuang dalam milestone.
Secara berurutan tahapan tersebut sebagai berikut: (1) Pembentukan tim champion dan sosialisasi akper, (2) Dukungan Bupati/Sekda, (3) Dukungan eksternal, (4) Pemantapan perencanaan rehab poliklinik dan ruang farmasi rawat jalan, (5) Surat Edaran kebijakan resep racikan (puyer), (6) Kustomisasi digital layanan geriatri dan (7) Relokasi apotek rawat jalan rehab ruang tunggu poliklinik, (8).
“Pengembangan kompetensi project leader bersama tim champion melalui pelatihan digitalisasi SIMRS untuk menunjang inovasi,” imbuhnya.
Dari penerapan aplikasi ini, dampak positifnya adalah berkurangnya waktu antrian. Utamanya bagi pasien dari kelompok usia lanjut.
“Alhamdulillah, inovasi ini mendapat dukungan langsung dari Bupati Bulungan. Termasuk respons positif dari teman-teman dokter. Terutama respons dari masyarakat. Yang terpenting adalah kenyamanan pasien yang mendapatkan palayanan,” tambah dia. (*)