Cuaca Ekstrem, BPBD Siaga Banjir

  • Bagikan

FAJAR, TANJUNG SELOR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bulungan siap siaga menghadapi cuaca ekstrem. Sebab, kondisi ini dinilai berisiko menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir.

Plt Kepala Pelaksana BPBD Bulungan, Darmawan mengatakan, Senin lalu debit air di Hulu Sungai Kayan sempat naik 4 meter. Namun, saat ini sudah berangsur turun di angka 3 meter.

“Kalau 4 meter masih normal. Kecuali ketinggian air sudah mencapai 6 meter baru sampai ke pemukiman warga,” kata Darmawan, Selasa kemarin.  

Jikapun debit air naik, menurutnya hal dipengaruhi air pasang dan hujan. Meski begitu, BPBD Bulungan tetap siaga terhadap bencana hidrometeorologi. Khususnya banjir.

“Sekarang ini yang harus kita antisipasi kiriman banjir dari Malinau,” ungkapnya.

Dalam hal ini, BPBD Bulungan mengaku akan terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)  terkait kondisi cuaca di wilayah Bumi Tenguyun.

“Kalau memang ada potensi banjir pasti kita sampaikan kepada masyarakat,” bebernya.

Kepala BMKG Tarakan, Muhammad Sulam Khilmi mengatakan, dalam sepekan ke depan Kaltara berpotensi terjadi cuaca ekstrem. Secara umum, periode November-Desember merupakan puncak hujan.

“Jadi, mohon diwaspadai dampak dari fenomena tersebut. Seperti, banjir, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin,” ungkapnya.

Cuaca ekstrem, sambung Sulam, diperkuat oleh indeks global NINO 3.4 (-0.71) yang menunjukkan nilai signifikan. Dimana kondisi tersebut akan mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia. 

Kemudian, aktivitas gelombang atmosfer kelvin juga diprakirakan aktif di wilayah Sulawesi bagian selatan, Jawa bagian tengah, NTB, dan NTT dalam sepekan ke depan. Sedangkan gelombang rossby ekuator juga diprakirakan aktif di NTB dan NTT.

“Beberapa faktor-faktor inilah mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia. Khususnya di Kaltara,” bebernya.

Kemudian, daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin (konvergensi) terpantau di Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian barat hingga tengah, Sulawesi bagian tengah dan Maluku bagian

selatan.

“Daerah siklonik juga terpantau di wilayah sebelah utara Kalimantan Barat dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua. Aktivitas tersebut mendukung adanya potensi pertumbuhan awan hujan,” pungkasnya. (*) 

  • Bagikan