FAJAR, NUNUKAN – Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Lanuka Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-B Nunukan menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat perbatasan di Nunukan.
Dalam masa liburan beberapa pekan terakhir, SAE Lanuka telah dikunjungi 3.444 orang.
Itu diungkapkan Kepala Lapas Kelas II-B Nunukan, I Wayan Nurasta Wibawa. Dirinya menerangkan, Setiap pengunjung yang masuk kawasan tersebut, harus membeli tiket senilai Rp 5 ribu. Ongkos masuk tersebut, berlaku untuk orang dewasa saja, anak-anak tidak dipungut biaya.
Penjualan tiket wisata tersebut mencapai Rp17,2 juta. “Saat libur Tahun Baru 2023 kemarin, memang ramai sekali. Pengunjung mencapai 3 ribuan orang,” ujar Wayan, Senin, 2 Januari.
Sebagian omzet atau sebesar 20 persen dari pengelolaan kegiatan SAE Lanuka menjadi penerimaan negara bukan pajak (PNBP), selebihnya baru untuk pengembangan Lapas dan premi narapidana yang terlibat mengelola. “Ya, dari tiket Rp 5 ribu, kita sisihkan Rp 1.000 untuk PNBP, selebihnya untuk Lapas dan upah kerja narapidana,” tambahnya.
Tidak hanya dari situ, penghasilan Lapas Nunukan dari kegiatan usaha lainnya, seperti sektor perkebunan, kehewanan, pengolahan tempe, roti dan batik di tahun 2022, mencapai Rp27 juta, nilai ini melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp25 juta.
Jika melihat dari aktifnya narapidana yang menjalankan asimilasi dengan baik, Wayan yakin pendapatan tahun 2023 semakin meningkat, bahkan bisa kembali melebihi target ditetapkan pemerintah pusat.
Apalagi kegiatan asimilasi, bertujuan memberikan keterampilan kepada narapidana agar memiliki keahlian yang nantinya bisa mereka manfaatkan setelah bebas dari tahanan. “Jadi daya tarik SEA Lanuka ini, kami mengusung konsep agrowisata, kemudian dipadukan dengan keindahan alam,” kata Wayan.
Salah satu yang menjadi ikon andalannya, adalah Monumen Mandau yang lokasinya sekitar 900 meter dari pintu masuk. Tiap pengunjung yang hendak menuju monumen harus menaiki 99 tambah 1 anak tangga.
Sementara keindahan alam akan, sangat terlihat ketika pengunjung telah berada di atas sekitar monumen, sebab dari sana dapat melihat situasi Nunukan dari ketinggian, apalagi menjelang matahari akan tenggelam.
“Jadi pengelolaan SAE Lanuka Nunukan ini, juga melibatkan narapidana di mulai dari pembangunan hingga perawatan, termasuk untuk penjagaan loket dan penertiban, kawasan parkir hingga pelayanan bagi pengunjung,” pungkas Wayan. (*)