FAJAR, TANJUNG SELOR –Provinsi Kaltata menjadi salah satu peserta kick off vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) secara virtual yang dilaksanakan langsung Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berpusat di Barru, Sulsel.
Setelah selesai kick off, Sekprov Kaltara, Suriansyah didampingi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara melakukan pemberian suntikan dan pemasangan tanda (Ear Tack) kepada hewan ternak berupa sapi ini, yang ini dilaksanakan di salah satu kandang milik warga Jalan RE Kartika Kecamatan Tanjung Selor.
“Kami juga tadi telah melaksanakan vaksinasi PMK dan penandaan, setelah itu nanti dilanjutkan oleh teman-teman DPKP provinsi dan kabupaten kota diwilayahnya masing-masing,” ucap Suriansyah Sabtu 28 Januari.
Dia menyebutkan vaksinasi PMK sudah berlangsung sejak tahun 2022 lalu dengan capaian 9.300 ekor sapi dan target tahun 2023 populasi sapi ada 17.000 ekor. Di mana vaksin yang didistribusikan dipastikan mencukupi untuk sasaran tahun 2023.
“Tujuannya untuk menyelesaikan permasalahan PMK yang tengah marak terjadi. Tapi Kaltara saat ini sudah menuju zona hijau,” jelasnya.
Kata dia, pemberian vaksin ini gratis terhadap hewan ternak masyarakat. Pasalnya peralatan dan obatnya berasal dari Kementerian Pertanian (Kementan), untuk wilayah hanya melaksanakan saja untuk vaksinasi PMK.
“Jadi populasi sapi kita sampai saat ini ada 27 ribuan tersebar di semua wilayah di Kaltara, tahun ini kita selesaikan sekitar 17 ribuan sapi untuk vaksinasi,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DPKP Kaltara drh Muhammad Rais Kahar menjelaskan pemberian vaksin ini diberikan dalam 3 waktu, yaitu vaksin pertama lalu vaksin kedua diberikan setelah 1 bulan pemberian vaksin pertama dan 6 bulan kemudian dilaksanakan vaksin booster.
“Kita laksanakan 3 kali dalam 1 individu, populasi 27 ribu ini terdiri dari sapi dan kerbau. Lalu vaksin PMK sendiri sesuai arahan Kementan masih diarahkan untuk sapi dan kerbau,” ujar Rais Kahar.
Dalam pantauannya, trend PMK sendiri telah melandai bahkan telah zero kasus. Dia menerangkan jika vaksin di tahun 2022 lalu telah memberikan vaksin ke hewan ternak mencapai 9.300 ekor, ada yang vaksin pertama ada juga yang vaksin kedua.
“Data valid dari kabupaten kota belum ada, tapi perkiraan saya dari 9,3 ribu ekor itu vaksin pertama sudah 70 sampai 80 persen atau sekitar 7 ribu ekor dan sisanya 20 persen adalah vaksin kedua sekitar 2 ribu ekor,” tuturnya.
Namun di tahun 2023 ini, pihaknya mendorong untuk pemberian vaksin kedua. Setelah selesai, sisa vaksin yang ada akan dicarikan lagi ternak yang belum sama sekali di vaksin.
Pasalnya jatah vaksin dari pusat sebanyak 27.200 dosis yang disesuaikan dengan data populasi.
“Vaksin yang sudah dihabiskan itu 9,3 ribu dosis dan sisanya 17 ribu dosis lebih untuk ternak 2023 ini,” paparnya.
Rais Kahar mengatakan, sebaran populasi sapi terbesar berada di Kabupaten Nunukan sekitar 10.400 ekor sapi dan kerbau, disusul Bulungan hampir 8.000 ekor lalu Kota Tarakan ada sekitar 2.000 ekor.
“Kabupaten Tana Tidung hanya 700 san dan Maliau lebih kecil lagi sekitar 600 sampai 700 ekor. Sehingga fokus kita di 3 wilayah ini Nunukan, Bulungan dan Tarakan,” terangnya.
Ditempat yang sama, peternak sapi mandiri bernama Fauzi menuturkan sapi yang dipeliharanya berasal dari Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), jumlahnya mencapai 22 ekor dimana semuanya telah diberikan vaksin.“Untuk PMK Alhamdulillah sapi belum pernah terkena,” ucapnya.
Untuk sapi didalam kandangnya sendiri selain untuk dijual, ada juga yang dilakukan program penggemukan. “Sapi jantan yang saya miliki ada 17 ekor,” pungkasnya.(*)