FAJAR, TANJUNG SELOR – Pemkab Bulungan memasang target terkait pengoperasian alat cuci darah (HD). Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, Tanjung Selor di-daedline hingga akhir bulan ini untuk mengoperasikannya.
Bupati Bulungan, Syarwani mengatakan, berdasarkan data RSD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, saat ini tidak kurang dari 16 sampai 18 pasien dari Bulungan yang harus ke Tarakan menjalani proses cuci daerah. Karena di Bulungan belum ada pelayanan cuci daerah.
“Sekarang ini kan tinggal perizinan saja. Kalau perizinan itu sudah selesai. Kemungkinan alat cuci daerah itu bisa segara difungsikan. Jadi, saya targetkan bulan ini sudah bisa beroperasi,” kata Syarwani, 30 Maret.
Dalam hal ini, Syarwani menegaskan bahwa alat tidak bisa difungsikan sebelum ada perizinan. Sebab, harus ada penilaian kelayakan terlebih dahulu.
“Untuk Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) ada di Makasar. Jadi, sekarang ini masih menunggu penilaian dari mereka,” ungkapnya.
Dari aspek Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan, Pemda Bulungan mengaku sudah melakukan komunikasi dengan BPJS. Sehingga, pasien yang menjalani proses cuci darah bisa menggunakan BPJS.
“Saya yakin dengan adanya kerja sama antar Pemda Bulungan dengan BPJS kesehatan. Semua masyarakat di Kabupaten Bulungan sudah memiliki BPJS,” ungkapnya.
Dengan begitu, masyarakat yang ingin mendapatkan layanan cuci daerah tidak perlu khawatir dari sisi pembiayaan. “Iya, semua sudah tercover oleh BPJS kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu, Kasi Humas dan Hukum dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, Prih Muji Darmawan mengatakan, saat ini perizinan sudah diusulkan ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Bulungan dan saat ini masih berproses.
“Kalau melihat tahapan saat ini, kemungkinan belum memungkinkan tahun ini alat cuci darah difungsikan,” ungkapnya.
Apalagi sejauh ini belum ada tim teknis yang melakukan penilaian untuk kelayakan penggunaan alat cuci daerah. “Penggunaan alat cuci daerah ini kan tidak bisa sembarangan. Ini erat kaitannya dengan keselamatan pasien. Jadi, tidak bisa sembarangan juga alat itu dioperasikan,” pungkasnya.