FAJAR, TANJUNG SELOR – Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja serta. TPT juga menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja pada dunia usaha.
Gubernur Kaltara, Drs H Zainal A Paliwang SH, M.Hum mengungkapkan komitmen Pemprov Kaltara untuk menekan angka pengangguran terus berjalan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan pelatihan kerja terhadap para lulusan satuan pendidikan maupun perguruan tinggi. “Kita terus berkomitmen menekan angka pengangguran. Dengan memberikan berbagai pelatihan kerja agar menghasilkan sumberdaya yang unggul dan siap pakai di lapangan kerja,”terang Gubernur.
Gubernur memang fokus untuk terus meningkatkan kompetensi masyarakat. Apalagi investasi perusahaan asing di Kaltara sudah sangat besar.
Dirinya tidak ingin masyarakat hanya jadi penonton saja. Harus mengambil peran untuk bisa meningkatkan skil dan kompetensinya agar bisa bersaing di dunia kerja.
Selain itu salah satu yang akan dihadirkan adalah lab bahasa yang akan melatih dan memberikan kursus gratis kepada masyarakat. “Kursus bahasa mandarin dan inggris secara gratis. Ini tentu menjadipeluang baik, agar SDM di Kaltara bisa bersaing di pasar kerja,” tambahnya.
Koordinator Fungsi Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Utara, Basran mengatakan, TPT pada Februari 2023 diketahui sebesar 4,10 persen. Hal ini berarti dari setiap 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar empat orang penganggur.
Secara absolut, jumlah pengangguran yang ada di Kaltara masih sebanyak 15.292 orang. Namun angka ini mengalami penurunan 882 orang dari periode sama di tahun sebelumnya.
“Tingkat Pengangguran Terbuka turun dari 4,62 persen menjadi 4,10 persen. Sedangkan jumlah pengangguran berkurang 882 orang,” kata Basran pada pekan lalu.
Secara umum, TPT atau pengangguran berdasarkan jenis kelamin didominasi laki-laki sebesar 4,30 persen. Sementara TPT atau pengangguran perempuan di angka 3,75 persen.
“Laki-laki lebih banyak menganggur, ini sama seperti awal pandemi di September 2020. Sementara ketika terjadi pandemi, perempuan yang banyak mengalami pengangguran, karena beralih menjadi bukan angkatan kerja sebab mengurus rumah tangga,” paparnya.
Sementara itu, tingkat pengangguran diketahui masih lebih besar di wilayah perkotaan jika dibandingkan perdesaan. BPS mencatat TPT di wilayah perkotaan sebesar 5,29 persen, sedangkan di perdesaan hanya 2,40 persen.
“Polanya masih sama untuk pengangguran berdasarkan wilayah, lebih banyak di perkotaan dibandingkan perdesaan,” ujarnya.
Adapun, tingkat pengangguran dari tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 7,51 persen.
“Sementara TPT yang paling rendah adalah mereka dengan pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 2,54 persen,” pungkasnya. (*)