FAJAR, TARAKAN -– RSUD dr H Jusuf SK rutin melakukan sosialisasi dan edukasi menyoal kebutuhan gizi. Setiap harinya edukasi ini gencar dilakukan di masing-masing ruangan rawat inap pasien oleh dokter ahli gizi.
“Baik ruang rawat inap dewasa dan anak itu ada ahli gizi. Jadi dari ahli gizi itu kita memang melakukan asuhan gizi terstandar. Dimana salah satu langkah dari asuhan itu ya edukasi,” ujar Nutrisionis RSUD Jusuf SK, Astodia Pradana, beberapa waktu lalu.
Tak hanya sekedar edukasi, terdapat pula penyampaian perkembangan perawatan dari pasien kepada keluarga juga intervensi gizi untuk mengatur pola makan di rumah dan hidup sehat. Penggunaan leaflet yang berisikan informasi menyoal gizi untuk penyakit tertentu.
“Ada tanya jawab juga ke pasien maupun keluarga pasien pastinya. Kita ada yang namanya speak up di rumah sakit ini. Kita maunya komunikasi ini dua arah. Tidak hanya satu arah,” sambungnya.
Lebih jauh dikatakan Asto, di RSUD dr. H JSK juga rutin melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan gizi. Biasanya dilakukan di area Poli Rawat Jalan. Promosi yang disampaikan pun tak hanya menyoal gizi, juga untuk menjaga kesehatan organ tubuh lain seperti jantung, diabetes dan lainnya.
Ia juga memberikan tips untuk dapat menjaga keseimbangan gizi bagi anak, khususnya anak yang sulit ketika diajak makan atau anak cenderung memilih-milih makanan. Menurutnya, orang tua harus lebih memahami dan jangan membuat anak trauma pada makan.
“Ketika kita memaksa anak untuk makan dengan cara kasar atau halus pun itu bisa traumatik pada anak. Apalagi sampe ada hukuman dan anak nangis kejer. Nanti ke depannya malah ada masalah makan,” urai Asto.
Kondisi anak yang tidak mau makan adalah hal yang wajar. Orang tua seharusnya jangan panik, penolakan yang dilakukan anak adalah hal yang biasa. Upaya lain yang tidak boleh dilakukan ialah memberikan berlebih susu formula dengan anggapan susu dapat menggantikan gizi anak yang sulit makan.
“Biasanya anak yang diberikan susu berlebihan membuat anak cenderung over weight atau obesitas. Memang kelihatannya tidak papa tapi sebenarnya gizi lebih dan obesitas itu juga masalah. Karena manifestasinya adalah penyakit,” beber dia.
Para orang tua juga disarankan untuk membaca pesan gizi seimbang. Dalam pesan tersebut terdapat hal lain yang dapat dilakukan seperti dengan cara makan bersama keluarga. Nantinya anak akan berfikir bahwa makanan yang dimasukan ke dalam mulutnya sama dengan makanan milik orang tuanya.
“Anak disuruh makan sayur. Tapi orang tuanya tidak. Nah itu juga yang buat berfikir. Kemudian makan bersama adalah budaya. Itu harus diperlihatkan yang baiknya. Orang tuanya juga harus makan yang sehat, jangan makan junk food. Nanti kalau anaknya mengerti pasti mengikuti orang tua juga,” pungkas Asto. (*)