Pasien Bisa Lakukan CAPD Secara Mandiri

  • Bagikan

FAJAR, TARAKAN – Bagi pasien yang mengalami ginjal yang tidak berfungsi, salah satu terapi pengganti fungsi ginjal adalah dengan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau (CAPD). CAPD yang artinya dialysis langsung terus menerus melalui teretonium atau selaput dalam perut.

“Jadi orang ini ginjalnya tidak berfungsi, kita gantikan dengan terapi pengganti fungsi ginjal. Yang terbaik adalah cangkok. Artinya ginjal orang lain dipasang ke orang yang gagal ginjal.

Yang terbaik kedua adalah CAPD, dan ketiga adalah Hemodialisis,” kata Dokter spesialis penyakit dalam, RSUD dr. H. Jusuf, SK dr. Gusti Hariyadi Maulana, MSc, Sp.PD-KGH. 

Ia menjelaskan, cara bekerja terapi ginjal dengan metode CAPD. Cairan dimasuk ke dalam teretorium atau ditanam diperut, dan direndam selama 6 – 8 jam. Selama direndam dalam perut pasien, disitulah proses pencucian berlangsung. Setelah 6 – 8 jam, cairan dibuang ke tempat sampahnya.

“Cairannya 2 liter dan isinya sudah terkendali. Ada selang yang dipasang diperut yang menetap. Setiap 6 – 8 jam kita masukan cairan yang baru. Karena cairan yang lama sudah dikeluarkan, karena berisi sampah metabolic. Selangnya kita ganti setiap 6 bulan,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, CAPD ini bisa dikerjakan secara mandiri oleh pasien dirumah. Pasien juga harus rajin mencuci tangan untuk menjaga kebersihan. RSUD dr. Jusuf SK dua tahun terakhir telah mengerjakan CAPD.

“Sebelum melakukan CAPD, kita melakukan edukasi kepada pasien. Bagaimana pasien menyimpan cairannya, bagaimana melakukan penggantianya. Satu kantong cairan berisi 2 liter, 1 hari butuh 4 kantong.

Kalau 4 kantong 8 liter perhari. Perbulan 240 liter. Alat – alatnya disiapkan oleh rumah sakit dan gratis atau bisa ditanggung BPJS. Kita bisa kirim kerumahnya selama itu di kota Tarakan,” ungkapnya.

Selain itu, pasien bisa bertanya sepuasnya tentang CAPD kepada dokter dan perawatnya. Jika ada kendala, pasien juga bisa telpon perawat dan dokter. 

“Hanya saja kendalanya untuk di Indonesia secara umum kebersihan air.

Kendala kedua mengirim peralatan kerumah pasien. Kalau misalnya rumahnya dipedalaman bagaimana kita kirim alatnya ?. Sejauh ini kita melayani di Kota Tarakan, dan yang jauh di Berau,” imbuhnya.

Selain melayani CAPD dan Hemodialisis, RSUD dr. Jusuf SK, kini bisa mengerjakan biopsi ginjal. Biopsi ginjal adalah pengambilan jaringan ginjal sedikit dari luar dengan menggunakan jarum dan alat khusus, untuk melihat apa yang terjadi di ginjal pasien. Biasanya pada fase awal – awal ganguan ginjal.

“Kita sudah bisa kerjakan ini per bulan Juli. Meskipun tidak selengkap di rumah sakit besar seperti di Jakarta, tapi setidaknya RSUD dr. H. Jusuf, SK juga bisa,” katanya.

Ia menjelaskan, banyaknya ganguan ginjal, dikarenakan autoimun atau sistem ketebalan tubuh yang menyerang dirinya sendiri. Dengan biopsy ginjal, pemeriksaan bisa dilakukan sekitar satu jam kepada pasien untuk mengetahui penyakitnya.

“Obat – obatnya bisa ditanggung BPJS. Dengan biopsi ginjal diaognosa bisa akurat lagi. Karena RSUD dr. H. Jusuf, SK punya dokter ahli ginjal, dokter ahli spesialis patologi anatomi untuk memeriksa jaringannya.

Makanya bisa kita kerjakan, pasiennya baru 1 orang.  Di Kaltim dan Kaltara yang baru bisa kerjakan biopsi ginjal hanya di RSUD dr. H. Jusuf, SK,” tuturnya. (*) 

  • Bagikan