Kemenkominfo Gelar Nobar Chace and Challenge Bagu Gen -Alpha di Era Digital 

  • Bagikan

FAJAR, MELAWI — Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital secara Nonton Bareng untuk Peserta Didik Peserta Didik SD, SMP & SMA Se-Kab. Melawi, Kalimantan Barat. 

Kegiatan yang digelar pada tanggal 20 Juli 2023 mengangkat topik “Chance & Challenge buat Gen-Alpha di Era Digital” Kegiatan ini sebagai bentuk peran aktif Kemenkominfo dalam menghentikan penyalahgunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta internet.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Kata data Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. Dalam merespon hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Para pembicara kami untuk sesi ini adalah para ahli di bidangnya masing-masing, yang berkomitmen untuk membimbing generasi muda menuju masa depan yang lebih cerah. Mereka adalah Kiky Wulandari dengan materi aman Digital, Kustoro, M.Pd dengan materi Budaya digital, Utrich Farzah dengan materi cakap Digital, Konstantinus Borong, S.S dengan materi etika digital.

Salah satu tujuan utama Aman Digital adalah mengedukasi pengguna tentang cara melindungi perangkat digital mereka dengan efektif. Ini termasuk menerapkan kata sandi yang kuat, melindungi diri dari virus dan malware, serta memahami perlindungan identitas digital untuk menjaga data pribadi tetap aman.

Dengan fokus khusus pada Generasi Alpha, yang lahir di era digital, Aman Digital menghadapi tantangan unik yang mereka hadapi. Kiky Wulandari memahami perlunya orang tua, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan untuk bekerja sama dalam membimbing generasi ini dengan tanggung jawab melalui dunia digital.

Menurutnya, “adik-adik semua ingat tidak ada yang aman 100% di dunia digital ini, kita cuman bisa mengurangi resikonya sudah dapat mungkin. Keamanan berbanding terbalik dengan kemudahan harus agak sedikit ribet kayak bikin password aja kita harus ribet gitu ya yang alay-alay gitu passwordnya karena demi keamanan kita di dunia digital ini dan yang terakhir selalu berpikir kritis jangan mudah percaya sama yang ada di internet kita benar-benar harus verifikasi dulu kebenaran informasinya.” tambahnya.  

Dilanjut dengan pemateri kedua Kustoro, M.Pd mengenai Tantangan Budaya Digital “Lemahnya budaya lokal, kurangnya minat terhadap film dan musik lokal, serta meningkatnya individualisme adalah beberapa dampak dari penetrasi budaya barat terhadap generasi milenial, generasi Z, dan generasi Alpha. Budaya digital telah membuka pintu bagi budaya asing yang seringkali mengaburkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme khususnya di kalangan generasi muda. Selain itu, penggunaan media sosial dan internet juga dapat mengancam privasi dan menimbulkan pelanggaran hak cipta dan karya intelektual.” bebernya.  

Utrich Farzah, yang membahas tentang “Cakap Digital” dan perubahan serta tantangan yang dihadapi oleh generasi Alpha di era yang semakin didominasi oleh teknologi digital. Dalam era digital yang sedang berlangsung ini, penting bagi kita untuk mengerti dan menyikapi perkembangan teknologi dengan bijaksana agar bisa mengambil manfaat dari segala potensinya.

“Generasi Alpha adalah generasi yang paling terdidik. Mereka tumbuh di era dunia digital yang sudah matang karena uji coba telah dilakukan pada generasi sebelumnya. Oleh karena itu, mereka dapat langsung memanfaatkan hasil-hasil teknologi dengan lebih baik. Selain itu, mereka juga merasa nyaman dalam menggunakan teknologi digital.”

Di lanjut dengan materi “Etika Digital” yang disampaikan oleh Konstantinos Borong, SS. “Netiket harus diperhatikan, terutama dalam era digital yang penuh dengan informasi dan konten negatif. Jenis konten negatif yang harus dihindari, berdasarkan UU ITE, meliputi pelanggaran kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan atau pengancaman, penyebaran berita bohong dan menyesatkan, serta penyebaran kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA. Kita harus bijaksana dan berhati-hati dalam menggunakan media digital agar kita tidak terjebak dalam konten negatif yang merugikan diri sendiri dan orang lain.”

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Fan Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo serta website info.literasidigital.id.(*) 

  • Bagikan