FAJAR, TANJUNG SELOR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara menerima informasi bahwa telah terjadi banjir pada dua kecamatan di Kaltara. Rendaman banjir itu sudah terjadi sejak 15 Mei 2024.
Adapun dua kecamatan tersebut adalah Kayan Hilir dan Sungai Boh, Kabupaten Malinau. Laporan terakhir yang diterima BPBD Kaltara, banjir tersebut telah menghanyutkan beberapa rumah penduduk.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kaltara, Robby menerangkan, awal naiknya volume air pada 15 Mei 2024 sekitar 05.00 Wita itu terjadi di Sungai Kayan dan Sungai Long Sule. Beberapa daerah yang terdampak itu RT 01, 02, 03, 04 dan 05 Long Sule, serta RT 01, 02 dan 03 Desa Long Pipa, Kecamatan Kayan Hilir. Sedangkan di Kecamatan Sungai Boh, yang terdampak itu di Long Top dan Long Lebusan.
“Tapi yang lumayan parah terdampaknya itu Long Sule dan Long Pipa. Kalau di Data Dian juga terdampak, tapi tidak terlalu parah,” ujar Robby saat dikonfirmasi, Kamis (16/5).
Parahnya banjir di dua desa tersebut karena curah hujan yang lebat turun sejak malam hari pada Selasa (14/5) hingga Rabu (15/5). Dampak dari banjir itu, sejumlah barang di dalam dan di luar atau kolong rumah terendam air.
“Tapi tidak ada korban jiwa. Informasi terakhir yang kami terima itu ketinggian air akibat banjir diperkirakan sekitar 2,5 meter. Kalau kerugian materi akibat banjir itu diestimasikan sekitar Rp 1 miliar,” sebutnya.
Data terakhir yang diterima BPBD Kaltara, rumah yang terdampak banjir di Desa Long Sule sekitar 50 unit dan di Desa Long Pipa sekitar 30 unit. Kemudian ada juga PAUD serta SMAN 13 Malinau yang terdampak dengan kondisi kerusakan berat.
“Total rumah yang terdampak parah berdasarkan laporan yang kami diterima dari dua kecamatan itu ada 167 unit yang ditempati 220 jiwa. Kalau yang terdampak ringan itu ada 579 unit rumah,” tuturnya.
Robby mengatakan, hasil koordinasi dengan BMKG, sejauh ini cuaca masih mendung di wilayah Kayan Hilir. Jika terjadi hujan susulan, maka ada potensi kembali naiknya volume air sungai. tapi, sejauh ini update informasi masih terus dilakukan BPBD.
Adapun dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara melalui BPBD menetapkan status banjir ini masih siaga bencana. Saat ini pihaknya juga tengah mengirimkan logistik ke lokasi sebagai bentuk upaya pemberian bantuan untuk masyarakat terdampak.
“Ke sana itu agak sulit, karena tidak ada akses darat. Jadi koordinasi dan komunikasi harus terus dilakukan untuk pengiriman barang ini,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, banjir yang melanda Malinau itu dipicu oleh hujan yang terjadi dengan intensitas tinggi.
“Saat ini dari BPBD Malinau terus melakukan koordinasi dengan pemerintah kecamatan dan pemerintah desa setempat guna melakukan pendataan dan evakuasi terhadap dampak dari banjir ini,” pungkasnya.(Rdr Trk/JPG)