Perpustakaan Harus Dapat Prioritas Dalam Anggaran Nasional

  • Bagikan

FAJAR, TANJUNG SELOR — Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltara, Ilham Zain menilai jika perpustakaan harusnya mendapat prioritas. Utamanya dalam penganggaran secara nasional.

Menurutnya jika pendidikan mendapat jatah 20 persen dan kesehatan mendapat jatah 5 persen dari APBN, harusnya perpustakaan juga ikut diperhatikan. Turut diberi porsi prioritas, hingga bisa berbuat untuk mencetak orang pintar dan cerdas.

“Saya yakin kunci utama menuju Indonesia Emas 2045, yakni generasi yang punya karya dan berdedikasi tinggi. Nah apa bekalnya? yah literasi. Ini diperoleh di perpustakaan,” ungkapnya saat memberikan sambutan pada Bimtek Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Transformasi Informasi Komunikasi (SPP TIK) di Hotel Luminor, Tanjung Selor, sore ini.

Untuk itu, kata dia, mari hidupkan indeks minat baca masyarakat. Ilham Zain meyakini seluruh peserta yang mengikuti bimtek ini sudah merasakan manfaat dari perpustakaan. Orang-orang hebat dan cerdas banyak lahir dari perpustakaan.

Perpustakaan pun, kata dia, harus terus bertransformasi untuk menyajikan layanan yang lebih baik. Tak hanya menjadi pusat aktivitas membaca, tetapi ada layanan lain yang menambah minat masyarakat datang ke perpustakaan.

“Jika tidak mulai dari sekarang kita akan ketinggalan. Ayo kita tingkatkan minat baca masyarakat. Kita tebar ilmu kepada seluruh masyarakat demi menyongsong Indonesia Emas 2045,” tambahnya.

Pustakwam Ahli Utama Perpustakaan Nasional RI, Renus Siboro menambahkan, jika pemerintah terus menargetkan peningkatan literasi setiap tahunnya. Untuk itu, transformasi layanan perpustakaan terus dilakukan.

Bahkan upaya ini akan berlangsung hingga RPJMN 2025-2029. Transformasi ini memang sudah berjalan sejak 2018 dan tetap menjadi prioritas nasional,” tambahnya.

Peserta Bimtek dari Juwata Permai, Nurul Fitrah mengatakan kegiatan ini membuat seluruh peserta paham apa itu perpustakaan yang sesungguhnya. “Bukan hanya tempat yang monoton. Datang, lihat dan baca buku. Itu pikiran yang dulu. Sekarang perpusataan telah bertransformasi,” tambahnya.(*)

  • Bagikan