FAJAR, TANJUNG SELOR — Koordinator Perwakilan Edu Excellence di Indonesia Imanuel Iman Sine berbagi pengetahuan tentang sistem pendidikan Finlandia, untuk kepada sekolah SMA/SMK-sederajat. Dia hadir sebagai narasumber dalam seminar Transformasi Pendidikan, yang digelar Disdikbud Kaltara, di Kantor Gubernur Lama, Sabtu, 5 Oktober.
Dia hadir langsung ditengah-tengah para pemangku kepentingan bidang pendidikan di Pemprov Kaltara. Ada banyak informasi yang disampaikan ayah satu anak ini. Mulai dari tata cara pembelajaran, sumber daya manusia, cara kerja satuan pendidikan dan guru, hingga informasi lainnya.
“Guru yang sangat kompeten dan termotivasi menjadi lokomotif sistem pendidikan di Finlandia. Guru tidak hanya ahli dalam bidang mata pelajaran mereka sendiri, tetapi juga ahli dalam pengajaran dan pembelajaran,” jelasnya siang tadi.
Kata dia, pelatihan guru di Finlandia memberikan penekanan khusus kepada pedagogi. Yakni mempelajari seni mengajar disesuaikan dengan cara belajar yang berbeda-beda. Pada guru pun dihasilkan hanya dari perguruan tertentu saja.
Integritas yang tinggi, juga sangat dirasakan di Finlandia. Masyarakat, kata dia mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi kepada pemerintahnya. Lalu pendidikam universal juga berkualitas baik. Kesenjangan pembelajaran antara siswa terlemah dan terkuat di sekolah salah satu yang terkecil di dunia.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltara, Teguh Henri Sutanto mengatakan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dair kunjungan mereka ke Finlandia beberapa waktu lalu. Diapun mengajak Imanuel Iman Sine untuk membagi pengalaman, bagaimana sistem pendidikan dan percepatan transformasi di negara tersebut.
“Kebetulan pak Imanuel ini berkunjung ke beberapa daerah termasuk di Kaltara. Kita ingin melihat gambaran bagaimana tranformasi percepatan mutu pendidkan, serta apa yang bisa kita terapkan di Kaltara,” jelasnya.
Menurutnya ada beberapa poin penting utamanya pada metode pembelajaran yang bisa diadopsi. Dia mengatakan di negara tersebut, sistem pendidikannya terbukti bisa menciptakan SDM unggul sehingga bisa memperkuat kesejahteraan masyarakatnya.
Dia berharap seluruh kepala sekolah yang hadir bisa mengambil contoh baik, sehingga bisa diterapkan. “Tentunya tidak semua. Tergantung kondisi, situasis, sistem, dan media yang ada,” jelasnya.
Baginya yang terpenting adalah bagaimana guru bisa fokus pada pembinaan peserta didik. Misalnya saja, ketika anak tidak masuk, tak langsung dihukum. Harus dicari tahu penyebab hingga solusinya seperti apa.
“Terus anak itu dianggap tidak ada yang tidak bisa. Semuanya bisa. Cuma waktunya untuk mencapai bisa itu berbeda. Maka guru wajib memdampingi satu persatu,” tambahnya.
Teguh menambahkan Finlandia menjadi contoh kongkret penerapan Kurikulum Merdeka. Hanya saja penerapan di negara tersebut sudah berlangsung sejak 50 tahun lalu, sehingga hasilnya sudah terasa. Berbeda dengan Indonesia yang pelaksanaannya baru sejak 2019. (*)