FAJAR, TARAKAN — Dunia pendidikan di Kaltara saat ini juga mengalami kesenjangan disparitas yang tidak merata dari layanan mutu pendidikan terutama infrastruktur sekolah. Terutama bagi anak yang berada di wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T).
“Karena banyaknya sekolah-sekolah di daerah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T), tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Ini terjadi karena untuk membangun sarana dan prasarana di sana memiliki biaya yang sangat tinggi, perbandingan indeks harga sangat jauh dengan daerah perkotaan,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltara, Drs. Teguh Henri Susanto, M.Pd.
Selain itu, Disdikbud Kaltara mengajukan dana ke pusat melalui dana alokasi khusus (DAK), juga tidak bisa karena belum memenuhi syarat. Syarat utama dari pemberian dana ini sekolah tersebut harus memiliki siswa minimal 70 orang sedangkan banyak sekolah-sekolah di wilayah 3T khususnya daerah pedalaman siswanya tidak mencapai 70 orang bahkan rata-rata di bawah 50 siswa.
“Jadi strategi saya untuk membangun sekolah yang merata itu secara bertahap. Untuk itu saat ini kita akan berfokus pada wilayah 3T, karena untuk wilayah perkotaan infrastrukturnya saya anggap sudah terpenuhi,” tuturnya.
Sementara itu, Jumlah anak tidak sekolah usia 16-18 tahun di Provinsi Kalimantan Utara mencapai 6.000 dari 36.000 anak. Penyebab banyak anak tidak bersekolah belum diketahui secara pasti.
“Hasil analisis sementara menurut kami anak-anak tersebut putus sekolah di tingkat sekolah dasar (SD) dan tingkat sekolah Menengah pertama (SMP), dan untuk anak-anak yang putus sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA) juga ada namun hanya berjumlah sedikit,” pungkasnya.(*)