Bukti Pengabdian ke Masyarakat, Fak Pertanian UBT Edukasi Agribisis Kreatif Bagi Warga Perbatasan

  • Bagikan

FAJAR, NUNUKAN — Agribisnis kreatif berbasis kelapa sawit di wilayah perbatasan menjadi tema pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan (UBT), kolaborasi dengan Universitas Padjadjaran, Jumat, 29 Juli.

Tim pengabdian masyarakat ini terdiri dari dosen Fakultas Pertanian UBT, Dr.Nia Kurniasih, Nurmaisyah, M.,Sc, Rayhana.,M.Agr, Adit Murtilaksona.,MP, Khaerunisa.,M.Si dan Dosen dari Unpad Dr.Iwan Setiawan.

Agribisnis kreatif berbasis sawit penting dibudayakan dan dilembagakan pada petani sawit, khususnya sawit rakyat. Kreasi dan inovasi penting untuk meningkatkan sumber pendapatan alternatif, menguatkan posisi tawar dan mengantisipasi fluktuasi harga tbs. Kreasi dan inovasi sawit dapat dilakukan pada beberapa aspek.

“Pertama, kreasi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah buah sawit menjadi minyak goreng melalui adopsi teknologi mikro prosesor skala UMKM. Bisa dikembangkan oleh kelompok, koperasi dan BUMDes,” ungkap Nia Kurniasih.

Tentu butuh, kata dia, pendampingan dari UBT untuk standarisasi (GMP), labeling dan jejaring bisnisnya. Kedua, meningkatkan nilai tambah batang, tandan, pelepah, lidi dan daun menjadi aneka kerajinan, baik pupuk, pakan, kemasan lidi, piring lidi, tas lidi, kursi lidi dan anyaman lainnya.

Kemudian yang ketiga kreasi dan inovasi sistem budidaya dari monokultur menjadi diversifikasi dengan tanaman pangan, hortikultura dan ternak. Tentu dibutuhkan seleksi dan pemetaan pola dan jenis tanaman yang cocok untuk diintegrasikan.

“Lalu keempat, kreasi, dan inovasi kelembaban dan pasar, terutama melalui sertifikasi dan standarisasi (ISPO) pada tingkat kelompok atau koperasi Sawit Swadaya. Terakhir kreasi dan inovasi usaha penyediaan input, terutama penangkaran benih berbasis komunitas yang tersertifikasi dan dikelola oleh kelompok,” jelasnya.

Kelompok juga didorong untuk mengembangkan pupuk organik mandiri sebagai substitusi dan atau penguat pupuk kimia yang semakin mahal dan membebani biaya usahatani. Produksi pupuk organik juga menjadi bagian dari usaha kelompok petani sawit, terutama petani sawit swadaya.(*)

Bukti Pengabdian ke Masyarakat, Fak Pertanian UBT Edukasi Agribisis Kreatif Bagi Warga Perbatasan

FAJAR, NUNUKAN — Agribisnis kreatif berbasis kelapa sawit di Wilayah Perbatasan menjadi tema pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan (UBT), kolaborasi dengan Universitas Padjadjaran, Jumat, 29 Juli.

Tim pengabdian masyarakat ini terdiri dari dosen Fakultas Pertanian UBT, Dr.Nia Kurniasih, Nurmaisyah, M.,Sc, Rayhana.,M.Agr, Adit Murtilaksona.,MP, Khaerunisa.,M.Si dan Dosen dari Unpad Dr.Iwan Setiawan.

Agribisnis kreatif berbasis sawit penting dibudayakan dan dilembagakan pada petani sawit, khususnya sawit rakyat. Kreasi dan inovasi penting untuk meningkatkan sumber pendapatan alternatif, menguatkan posisi tawar dan mengantisipasi fluktuasi harga tbs. Kreasi dan inovasi sawit dapat dilakukan pada beberapa aspek.

“Pertama, kreasi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah buah sawit menjadi minyak goreng melalui adopsi teknologi mikro prosesor skala UMKM. Bisa dikembangkan oleh kelompok, koperasi dan BUMDes,” ungkap Nia Kurniasih.

Tentu butuh, kata dia, pendampingan dari UBT untuk standarisasi (GMP), labeling dan jejaring bisnisnya. Kedua, meningkatkan nilai tambah batang, tandan, pelepah, lidi dan daun menjadi aneka kerajinan, baik pupuk, pakan, kemasan lidi, piring lidi, tas lidi, kursi lidi dan anyaman lainnya.

Kemudian yang ketiga kreasi dan inovasi sistem budidaya dari monokultur menjadi diversifikasi dengan tanaman pangan, hortikultura dan ternak. Tentu dibutuhkan seleksi dan pemetaan pola dan jenis tanaman yang cocok untuk diintegrasikan.

“Lalu keempat, kreasi, dan inovasi kelembaban dan pasar, terutama melalui sertifikasi dan standarisasi (ISPO) pada tingkat kelompok atau koperasi Sawit Swadaya. Terakhir kreasi dan inovasi usaha penyediaan input, terutama penangkaran benih berbasis komunitas yang tersertifikasi dan dikelola oleh kelompok,” jelasnya.

Kelompok juga didorong untuk mengembangkan pupuk organik mandiri sebagai substitusi dan atau penguat pupuk kimia yang semakin mahal dan membebani biaya usahatani. Produksi pupuk organik juga menjadi bagian dari usaha kelompok petani sawit, terutama petani sawit swadaya.(*)

  • Bagikan