FAJAR, JAKARTA — Kesepian bisa dirasakan siapa saja. Bahkan di tengah keramaian sekalipun, kerap kali rasa sepi selalu melanda. Biasanya mereka yang kesepian adalah tipe orang yang suka menyendiri.
Namun, itu hanya salah satu faktor dan belum tentu menjadi faktor utama. Rasa kesepian erat kaitannya dengan seseorang yang memiliki kontak sosial frekuensi kecil dengan sekitarnya.
Akibatnya, orang tersebut merasa terpinggirkan, terisolasi dan terabaikan dari lingkungan. Lama kelamaan keadaan ini bisa berdampak pada fisik dan mental seseorang.
Penyebab kesepian lainnya berasal dari pikiran-pikiran negatif yang menghantui ketika melakukan interaksi sosial. Perasaan takut mendapat kritik, ketidaksetujuan dan sebagainya bisa memicu pandangan negatif tersebut.
Alhasil, semakin banyak orang yang memilih untuk menghindari interaksi sosial. Mereka cenderung memandang interaksi sosial akan bersifat negatif.
Studi tentang kesepian ini muncul. Dikatakan bahwa kesepian sama berbahayanya dengan kebiasaan merokok. Dr. Fadhli Rizal Makarim kemudian memberikan penjelasan.
US National Library of Medicine National Institutes of Health mempublikasikan sebuah penelitian yang menguak fakta tentang kesepian sama berbahayanya dengan merokok 15 batang perharinya.
Penelitian itu melibatkan 300 ribu orang dewasa. Hasilnya cukup mencengangkan. 50 persen di antara subjek penelitian yang mengalami kesepian lebih cepat meninggal dibandingkan mereka yang bersosialisasi.
Di sisi lain, survey yang dilakukan American Association of Retired Person (AARP) menunjukkan hasil yang hampir serupa.
Sebanyak 35 persen orang dewasa berusia 45 tahun ke atas mengalami kesepian. Pada lansia menunjukkan hasil bahwa mereka yang kesepian rentan terkena depresi.
Keadaan itu kemudian disebut dapat memicu pikiran negatif seperti bunuh diri, penyakit demensia hingga alzheimer. Dampak negatif lainnya adalah penurunan kekebalan tubuh. Hal ini bisa sebabkan penyakit kronis seperti jantung dan sebagainya. (Elva/Fajar)