Pembangunan Rumah Subsidi Menggeliat di Perbatasan, Masyarakat Berpenghasilan Tak Tetap Bisa Manfaatkan Skema Pembiayaan Baru SMF 

  • Bagikan
Salah satu rumah subsidi di wilayah Pulau Nunukan. Bank BTN kini telah menjangkau pelayanan hingga ke ujung negeri.

FAJAR, TANJUNG SELOR — Pembangunan rumah subsidi di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia kini tengah menggeliat. Tren peningkatan ketersediaan hunian murah ini pun, terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. 

Owner PT Mekarsari Kaltara, Muhammad Ali mengangatan saat ini kebutuhan akan rumah murah di wilayah perbatasan meningkat pesat. Sebut saja di Nunukan, Kalimantan Utara, pengembang-pengembang sudah mulai ramai-ramai membangun rumah subsidi. 

Luasannya pun, kata dia, jauh dibanding rumah-rumah subsidi di perbatasan kota-kota besar. Khusus di Nunukan, rata-rata lahan satu unit rumah murah ukurannya bisa mencapai 8×14 meter persegi. Bahkan beberapa diantaranya ada yang bersifat rumah tunggal. 

“Harga tanah di lokasi pembangunannya masih tergolong terjangkau. Di Nunukan saja sudah ada ratusan unit rumah murah yang tersedia. Peminatnya sangat besar. Yang didominasi ASN, TNI, Polri, serta para perantau dari berbagai daerah di Indonesia. Termasuk masyarakat berpenghasilan tak tetap,” ungkapnya, Senin, 2 Januari. 

Kata dia, tren pembangunan ini akan terus memperlihatkan pertumbuhan yang positif. Besarnya arus migrasi masyarakat masuk ke wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, di Kabupaten Nunukan, membuat potensi pasar rumah murah akan berkembang. 

Pria yang juga pengembang perumahan di wilayah Kalimatan Utara ini mengakui, sangat banyak pilihan skema pembiayaan yang bisa digunakan, demi memberikan kemudahan ke masyarakat. “Alhamdulillah dukungan dari pemerintah sangat besar, sehingga pembangunan rumahan, di wilayah perbatasan bisa tertangani dengan baik,” ungkapnya. 

“Termasuk dari segi pembiayaan. Terutama bagi mereka yang berpenghasilan tak tetap. Karena banyak masyarakat di wilayah Nunukan yang perantauan dan butuh hunian murah,” tambahnya. 

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF hadir menawarkan skema baru pembiayaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Skema tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat berpenghasilan tak tetap. 

Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menjelaskan program pembiayaan Rent to Own menawarkan solusi pemilikan rumah , yang dapat menjadi jembatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Khususnya, kata dia, untuk masyarakat berpenghasilan tidak tetap atau nonfixed income yang selama ini masih terkendala dalam memenuhi administrasi perbankan.

Menurutnya produk ini dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan hunian yang layak dan terjangkau, serta membuka potensi baru bagi penyalur pembiayaan perumahan.

“Program ini merupakan salah satu upaya dan bentuk keberpihakan kami kepada masyarakat Indonesia untuk memperoleh haknya dalam mendapatkan hunian yang layak dan terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang membutuhkan dan belum terfasilitasi,” ungkapnya dalam keterangan resminya, Jumat (23/12/2022).

Dalam penyediaan skema baru penyediaan rumah MBR, SMF bekerja sama dengan Proline Finance dan Pinhome. Dalam kerja sama tersebut, SMF berperan sebagai penyedia dana yang disalurkan melalui Proline Finance selaku lembaga keuangan dengan skema refinancing atas pembiayaan sewa-beli yang telah disalurkan oleh Proline Finance dan dengan agunan yang diikat fidusia.

Sementara itu, Pinhome berperan sebagai agregator yang menyediakan jasa sewa beli yang membeli rumah secara bulk dari developer dan disewakan pada masyarakat (end-user), Proline Finance berlaku sebagai originator atas program ini.

Melalui program ini, masyarakat mempunyai akses baru sebagai alternatif pemilikan rumah yang terjangkau untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui beberapa langkah yang cukup mudah.(*) 

  • Bagikan