Romantisme Agrowisata Hutan Mangrove Tarakan

  • Bagikan

TARAKAN —- Suasana asri dengan pepohonan rimbun masih terjaga di kawasan Konservasi Hutan Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan. Tak hanya sebagai pusat wisata, area seluas 22 hektare ini juga menjadi paru-paru alam di Bumi Paguntaka.

Sejak dibuka 2003, kawasan ini menjadi rumah bagi ratusan satwa. Ada bekantan, tupai, hingga berbagai satwa liar lain yang menggantungkan hidup. Kehadirian satwa ini pun kian menambah daya tarik wisatawan baik domestik maupun manca negara, yang datang berlibur di Tarakan.

Apalagi lokasinya yang tak jauh dari pusat kota. Akses singkat di jalan utama, menjadikan area wisata ini sebagai alternatif kunjungan. Utamanya di akhir pekan.

Tak banyak yang berkunjung ke kawasan ini, Sabtu, 16 Desember. Hanya ada beberapa orang yang datang. Baik itu remaja, hingga ada pasangan kekasih yang ingin menghabiskan waktu berduaan di salah satu gazebo hutan.

Petugas penjaga mencatat hanya 20 kunjungan yang hingga pagi tadi. Maklum, kondisi hujan di pagi hari, membuat suasana sepi. Padahal setiap akhir pekan, kawasan tersebut ramai dikunjungi.

“Memang tadi sempat hujan jadi agak sepi. Tapi biasanya sore ramai. Apalagi Sabtu dan Minggu. Kalau hari biasa bisa sampai 40 kunjungan, tetapi akhir pekan bisa naik 2 kali lipat,” ujar Miko, petugas lapangan di area Hutan Mangrove.

Kata dia, hutan mangrove memang menyimpan berbagai cerita yang menarik dari semua pengunjung yang datang. Selain pelajar, ada beberapa pasangan yang kerap datang, hanya untuk menikmati suasana alam.

Baik suami istri bersama anak-anak, hingga remaja yang masih pacaran. Suasana romantis, kata dia, memang tergambar dari kondisi alam dengan pepohonan mangrove yang rimbun di dalamnya.
Diapun kerap menghabiskan waktu bersama keluarga, di kawasan ini. “Yah nyaman saja pak. Di tengah kawasan kota, masih asa area hutan yang asri,” tuturnya.

Meski begitu, sudah ada larangan bagi pasangan untuk berpacaran ataupun berbuat tak senonoh di kawasan ini. “Biasanya kita langsung tegur dan suruh pulang. Pokoknya tidak boleh bermesraan apalagi pacaran-pacaran di dalam,” dia mengimbuh.

Sebetulnya ada banyak hal yang perlu menjadi perhatian dari pemeritah, atas kondisi kawasan wisata alam hutan mangrove. Semenjak beralih tanggung jawab dari Pemkot Tarakan ke Dinas Kehutanan Kaltara, banyak pembenahan yang mesti dilakukan.

Beberapa jembatan yang berbahan kayu ulin di kawasan hutan tersebut sudah rusak. Bahkan ada beberapa titik yang membahayakan, pengunjung. “Takutnya ada yang patah. Jangan sampai rusak dan membahayakan wisatawan,” ungkapnya.

Dia berharap beberapa kerusakan di area akses jembatan segera diperbaiki. Supaya kembali menambah daya tarik hutan mangrove yang masih asri dan alami. (Sofyan-A Syaeful)

  • Bagikan